Merenovasi Rumah, Kok Si Tukang Minta Upah Tinggi...
rumahku adalah istanaku...
Yup sebagai istana milikku, bebas dong sy mau yang seperti apa rupanya, waktu pertama kali dibangun mungkin terasa sudah cukup atau pas sesuai keinginan, namun...seiring berjalannya waktu timbul keinginan-keinginan baru, yang artinya dibutuhkan renovasi pada hunian kita. Nah, merenovasi tentu butuh biaya, biaya material serta upah tukang yang mengerjakan (sesungguhnya ada satu biaya non materi lagi yang harus dibayar yaitu pusingnya kepala melihat rumah berantakan buat sementara :p dan sy juga tidak menyertakan fee desain renovasi).
sumber: http://media1.id.88db.com |
Menilik upah tukang yang harus dibayar, seringkali kita harus membayar upah yang terhitung lebih mahal dibandingkan biaya bangun baru. Bahkan bisa mencapai 50-60% biaya material yang dipergunakan untuk renovasi loh! hmm mahal ya, mo nanya si tukang kok mahal banget upahnya, eh si tukang dengan entengnya menjawab "ya kalo tuan bisa ngerjain sendiri ya kerjain sendiri aja, gak usah suruh saya!" (Nah lho, bisa kumat tuh darah tinggi...:P)
Ya, dari sudut pandang kita sebagai yang punya kerjaan memang terlihat sangat mahal dan kadang terpikir wah ini tukang mau meras nih, kerjaan dikit aja mintanya mahal amat. Tapi si tukang sebagai seorang ahli dibidangnya (hehe...bilang deh kalo gak ahli n kerjain sendiri, ampun-ampun dah) tentu punya perhitungan sendiri.
Pengalaman sy sedikit-demi-sedikit ngulik-ngulik gimana sih si tukang nentuin upahnya, dari tukang atu ke atu nya lagi cukup memberi gambaran bahwa dari sudut pandang si tukang, tuh harga gak mahal-mahal sangat, masih wajar kok.
- Pertama, si tukang punya skala perhitungan sendiri dalam menentukan upahnya, baik itu per meter, per kotak, per hari atau borongan satu jenis pekerjaan.
- Dalam kasus renovasi rumah, terkadang (dan bahkan seringkali terjadi) dikerjakan oleh tukang yang berbeda. Ini masalahnya, tiap-tiap personal tukang punya cara kerja berbeda, ada yang kerja sungguh-sungguh ada pula yang asal-asalan. Nah kalau yang membangun pertama kali tukangnya "bener" dalam artian hasil pekerjaannya Ok (atau bahasa tukangnya: siku) serta lengkap struktur portal dan pasangannya, tentu tidak menyulitkan si tukang yang mengerjakan proyek renovasi. Namun jika yang terjadi sebaliknya, bangunan yang mau direnovasi dibangun dengan asal-asalan, duh alamat kabar buruk tuh buat si tukang yang merenovasi, sebab akan banyak hal yang menghambat pekerjaannya bahkan justru menambah pekerjaannya contoh dinding tidak siku menyulitkan bagi pemasangan keramik, mau bobok dinding untuk jendela tambahan ternyata si dinding tidak diikat dengan ring balok dan masih banyak kasus-kasus lain.
- Terakhir, mereka juga harus bisa mencari cara bagaimana bekerja dengan baik di tempat yang terbatas, memanajemen distribusi material agar bisa menjangkau lokasi pekerjaan dengan lancar tanpa hambatan dan tanpa mengganggu privasi yang punya rumah. Nah disini masalah mereka nambah satu nih, terkadang mereka dapat bonus "
rengutan" atau wajah tak bersahabat dari keluarga penghuni rumah yang privasinya terganggu, nahan ati dah..ulalaaa...
Ya, bukan bermaksud membela hak-hak tukang ala aktivis demokrasi yang lagi tren sekarang, tetapi ini cuma sekedar share pengalaman aja. sy dulu juga berpikiran sama, ah ini tukang mo cepet naek haji kali ya, mahal mat...(hehe) tapi setelah ngulik-ngulik sana sini ya harus dimengerti juga mereka tentu tidak asal hitung dan tidak asal sebut sekian deh upahnya, mereka punya banyak pertimbangan kenapa upah merenovasi terbilang lebih mahal dibandingkan upah membangun baru. hemmm :D